Kisah Para Rasul
11:1-18 ; Mazmur 148 ; Wahyu 21:1-6 Saling; Yohanes 13:31-35
Jemaat GKI Kwitang
adalah jemaat Reformis yang terus berproses dalam mengarungi lautan
perkembangan zaman. Sebagai jemaat yang multi etnis dan kultural, serta
talenta, GKI Kwitang tetap mempertahankan identitas diri di tengah perubahan
zaman. Jikalau kita tidak waspada dan merasa telah menjadi jemaat yang “mapan”,
maka ada kecenderungan kita dapat memiliki sikap eksklusif, yaitu menutup diri
dari yang lain. Hal ini bisa terjadi karena memandang diri sebagai paling
benar, paling baik, paling istimewa, dari pada yang lain. Waspadalah,
sikap ini tidak membangun persekutuan, tetapi permusuhan!
Kehidupan yang
baik dan penuh kedamaian, mengandalkan terwujudnya persekutuan yang akrab dan
erat. Persekutuan yang akrab dan erat mengandalkan sikap mengasihi, dan perilaku
tidak menutup diri. Sikap saling mengasihi dan tidak menutup diri pada
hakikatnya mengandalkan pertobatan. Pertobatan mengandalkan Roh Kudus dan
komitmen diri untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan Yesus, Sang Jalan,
Kebenaran dan Hidup.
Renungan hari
Minggu ini hendak mengingatkan hal tersebut di atas, sekaligus mengajak
jemaat Tuhan untuk melakukan perintah baru dari Tuhan Yesus Kristus, yaitu
hidup saling mengasihi (Yohanes 13:31-35). Pada gilirannya penghayatan atas
perintah baru Tuhan Yesus ini mendobrak eksklusivisme dan mendorong jemaat
Tuhan mewujudkan kehidupan yang baik, penuh kedamaian seperti yang
dilukiskan sebagai “langit yang baru dan bumi yang baru” (Wahyu
21:1-6).
Ketika langit dan
bumi ini diisi oleh persekutuan kasih yang akrab dan erat antara Allah dan
umat, serta antara pribadi yang satu dan pribadi yang lain; ketika
kehidupan dipenuhi oleh praktik saling mengasihi dan perilaku tidak menutup
diri, maka “langit yang baru dan bumi yang baru” tergenapi. Ketika itu seperti
dihimbau Mazmur 148, segala yang ada, baik di luar bumi maupun di dalam bumi,
akan memuji TUHAN!. Amin.
(AM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar