Jumat, 30 Agustus 2013

Mendisiplinkan Diri Untuk Rendah Hati dan Ramah

Mendisiplinkan Diri Untuk Rendah Hati dan Ramah

Bacaan: Amsal 25:6-7;  Mazmur 112;  Ibrani 13:1-8, 15-16;  Lukas 14:1,7-17
Berbicara tentang pendidikan, inilah pengalaman penjelajahanku dalam menembus Waktu untuk melihat pelaksanaan pendidikan dari masa ke masa.
Suatu kali aku berada satu pesawat dengan seorang petinju legendaris dengan inisial  MA. Tiba-tiba terjadi gangguan cuaca hingga pesawat berguncang-guncang. Pilot segera memerintahkan seluruh penumpang memasang sabuk pengaman. Semua penumpang segera mematuhi perintah pilot tersebut, kecuali MA. Ketika pramugari mendatanginya, MA berkata dengan suara keras, “Superman tidak membutuhkan sabuk pengaman!” Namun pramugari itu menanggapi dengan ramah, “Betul, tapi Superman tidak butuh pesawat terbang.” Menurutku ini adalah gambaran tentang kesombongan. Seringkali kita mudah tergoda untuk menjadi sombong. Padahal sikap sombong melahirkan iri-hati. Kita iri hati  karena ada orang lain memiliki kelebihan lebih dari yang  kita miliki. Kesombongan juga melahirkan sikap puas diri dan meremehkan orang lain. Selain itu kesombongan akan membentuk citra diri yang keliru, sehingga menganggap diri sendiri sebagai orang yang terpenting. Saya jadi ingat apa yang dikatakan penulis Amsal, “Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar” (Amsal 25:6).
Citra diri keliru akibat kesombongan, senantiasa menempatkan diri kita di puncak yang paling tinggi sedangkan orang lain di bawah. Akibatnya hubungan horisontal dan setara dengan sesama menjadi rusak. Dalam diskusiku dengan penulis surat Ibrani, aku mendapatkan pencerahan ketika ia mengatakan, “Peliharalah kasih persaudaraan!” (Ibr. 13:1). Kasih persaudaraan yang dimaksudkan ternyata tidak bersifat eksklusif dan terbatas hanya dalam suatu lingkungan Kristen saja. Ia melanjutkan, “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”( Ibr. 13:2).
Percakapanku dengan Tuhan Yesus membuatku sadar bahwa sesama manusia mesti diperhatikan sama seperti kita kita memperhatikan diri sendiri. Bahkan sesama yang menderita dan hina, tidak boleh dianggap sebagai kelompok marginal yang bisa dieksploitasi karena ketidakberdayaannya. Kita justru dipanggil untuk memberi prioritas dan perhatian kasih kepada sesama termasuk yang hina dan menderita. Tuhan Yesus berkata: “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Luk. 14:13-14).


Dalam pembukaan Pekan Pendidikan Kristen GKI Kwitang tahun 2013 ini, kita kembali diingatkan agar kita selalu mendisiplinkan diri untuk rendah hati, sehingga kita dapat bersikap ramah terhadap orang lain. Selamat berjuang. (GJS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar