Sabtu, 03 Agustus 2013

Tetap Memandang Allah Yang Janji-Nya Teguh

Tetap Memandang Allah Yang Janji-Nya Teguh

Bacaan: Pengkotbah 1:2,12-14; Mazmur 49:1-12; Kolose 3:1-11; Lukas 12:13-21
Aku, Penjelajah Waktu, rindu berbagi pengalaman menembus waktu, demikian : Heran dan kaget, begitulah reaksiku ketika membaca apa yang dituliskan oleh Pengkotbah menyebutkan, “kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia... segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin”. Aku mencoba berpikir keras untuk dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud oleh Pengkotbah. Rasa penasaran inilah yang membawa aku untuk melakukan perjalanan kembali ke masa lalu.
Perjalanan itu mempertemukan aku dengan Qoheleth (Ind. Kohelet), yang mengklaim diri sebagai ‘anak Daud, raja di Yerusalem’. Ketika aku menanyakan, “mengapa engkau menyebut diri demikian?” Qoheleth tersenyum dan menjawab aku,“Aku seorang pujangga hikmat dan gaya penulisan seperti ini lazim pada jamanku. Sama sepertimu yang menyebut diri sebagai Penjelalah Waktu, bukan?”
Aku tersenyum simpul. Kemudian aku bertanya kembali, “mengapa engkau mengatakan bahwa segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin?”  Sambil tersenyum ia menjawab, “Ketika aku menyebut tentang kesia-siaan, bukan berarti bahwa aku ingin agar manusia bermuram durja dan akhirnya tidak melakukan apa-apa. Tidak, bukan itu! Aku justru ingin mengajak manusia untuk  mengerahkan segala daya, keahlian dan kemampuan terbaiknya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup bersama dengan Tuhan. Bagiku, orang yang tidak mau berjerih lelah adalah orang yang tidak dapat mengucap syukur. Mungkin seseorang bisa melakukan banyak hal, namun jika ia tidak mempunyai keterarahan hidup kepada Tuhan, maka itu adalah kesia-siaan. Aku tidak ingin manusia terjebak pada rutinitas hidup tanpa makna yang akhirnya melahirkan kesia-siaan.” Tidak percuma aku berjumpa dengan Qoheleth.
Aku jadi teringat perkataan Rasul Paulus, Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi!” Ya, dalam pengalaman penjelajahanku sering aku jumpai banyak orang yang hanya berusaha memenuhi keinginan kedagingan dan keduniawian saja, sehingga lupa pada Tuhan yang memberikan anugerah kehidupan. Saat merangkai pengalaman-pengalaman inilah, aku dapat memahami apa yang dikatakan Tuhan Yesus, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  
Ketika hati tidak terarah pada Tuhan, maka kecenderungan kita adalah kedagingan dan keduniawian, sehingga apa yang dilakukan akhirnya hanya menjadi kesia-siaan saja. Selamat melanjutkan karya yang menjadi berkat. Selamat berjuang. Tuhan memberkati. Sampai jumpa di pengalamanku  yang lain. (GJS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar